Turunnya Harga BBM, Bingung Tentukan Tarif Angkutan
Harga BBM yang fluktuatif memang telah diresmikan mengalami penurunan pada hari Selasa 5 Januari 2016 kemarin oleh pihak pemerintah. Namun hal ini tentunya membingungkan para pengusaha truk Jawa Tengah. Di mana mereka pun kebingungan menentukan berapa tarif angkutan setelah terjadinya kenaikan harga jual BB.
Adapun hal ini disampaikan oleh Yonathan Himawan selaku Ketua DPD Aptrindo Jatim, yang menyatakan di mana harga BBM yang naik turun begitu berpengaruh terhadap penentuan tarif angkutan kepada para konsumen maupun pengguna.
Yonathan pun berkata. “Beberapa anggota bahkan mengeluhhkan bingungnya penentuan harga tarif angkutan yang baru. Namun, kami perwakilan dari Aptrindo pun membantu para anggota dengan membimbing perhitungan atas penyesuaian tarif angkutan tersebut.”
Ia pun meyakini bahwa penurunan harga BBM sendiri tak akan memberikan kerugian dengan signifikan. Terlebih penetapan harga BBM baru beriringan dengan turunnya harga gas Elpiji ukuran 12 Kg memberikan keuntungan bagi banyak pihak.
Meskipun demikian, Yonathan pun tetap memberikan apresiasi terhadap penetapan harga BBM yang baru. Ia pun menilai, pemerintah begitu tanggap melihat situasi dan kondisi perekonomian nasional di mana kini mengalami perlambatan di tahun 2015 lewat penurunan harga solar hingga Rp.5.650 tiap litarnya.
Dengan penurunan harga jual BBM tentu akan diikuti oleh turunnya beban biaya. Sebagai dampaknya, pabrik pun bisa melakukan alokasi dari modal kerja alam meningkatkan produksi dan pasar menjadi semakin besar.
Yontahan pun menegaskan, “Sebagai imbasnya, kami pun berharap supaya muatan barang semakin banyak, meskipun tarif mungkin akan turun. Namun jumlah pengangkutan barang yang dapat diangkut senidiri semakin banyak lagi pada tahun 2016 ini.”
Ketika ditanya tentang stok dan suplai BBM dari Pertamina, ia pun menyampaikan di mana ketika penurunan harga tak terkendala pasokan. Justru, Yonathan pun melihat kecenderungan dari SPBU untuk menahan stok dari BBM jika kenaikan harga terjadi. “Secara logika, ketika penurunan harga umumya tidak mengalami kendala suplai. Jika saat kenaikan harga, maka SPBU cenderung untuk menahan barang dengan harga lam, agar dapat dijual dengan harga jual yang baru dengan harga lebih tinggi.” menurutnya.