Rupiah Melemah Karena Desakan Potensi Kenaikan Suku Bunga AS
Sebelumnya Bank sentral Amerika Serikat / The Federal Reserve telah mengemukakan bahwa akan menaikkan suku bunga as pada bulan September, mengingat bursa tenaga kerja AS dan pertumbuhan ekonomi yang semakin menguat.
Bank sentral Amerika berencana untuk menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2006. Namun untuk menaikkan suku bunga harus didasari dengan bursa tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Yellen yang merupakan pimpinan Bank sentral AS juga menuturkan bahwa kenaikan suku bunga akan dilakukan tahun ini, hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kejutan negatif bagi perekonomian. Namun bank sentral sepertinya mengabaikan gejolak ekonomi yang terjadi di luar negeri seperti yang terjadi di China.
Pada bulan Mei, tingkat pengangguran AS berada di level terendah sejak tahun 2008 lalu, yaitu mencapai angka 6,3%. Inflasi juga sudah berjalan sesuai target sebesar 2%.
Seiring potensi kenaikan suku bunga as , pasar saham Amerika Serikat bergerak melemah. Hal ini bisa dilihat dari aksi jual yang terjadi karena ekspektasi kenaikan suku bunga yang akan terjadi pada pertengahan tahun ini dan pertama kalinya terjadi sejak 10 tahun yang lalu.
Akibatnya pada jumat 7 Agustus 2015 saat perdagangan kembali di buka, rupiah semakin melemah terhadap dollar Amerika, dan dibuka pada posisi Rp13.535/USD. Rupiah mengalami penurunan yang signifikan sejak perdagangan pada hari Kamis ditutup pada level Rp13.529/USD. Data pertumbuhan ekonomi yang telah dirilis pada hari Rabu 5 Agustus 2015 menunjukkan bahwa terjadi perlambatan ekonomi dalam negeri sehingga membuat rupiah terus bergerak melemah hingga Jumat pagi. Di mana pada tanggal 28 Agustus 2015, kurs USD sudah berada di level Rp14.045/USD.
Rupiah semakin terjungkal karena pelaku pasar melakukan aksi berburu dollar. Hal ini berpotensi membuat rupiah berada di level paling rendah sejak krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 lalu. Rupiah berada di level terendah disebabkan oleh potensi kenaikan suku bunga Amerika yang semakin menekan rupiah.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi September nanti akan berpotensi membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mengalami pelemahan karena rupiah sulit mengimbangi kenaikan suku bunga yang akan terjadi.
Mengingat kenaikan suku bunga AS yang akan berdampak terhadap nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya, namun masih ada harapan rupiah bisa menguat hingga level Rp13.350 per dollar. Hal tersebut bisa terjadi karena anggapan bahwa kenaikan suku bunga AS yang akan terjadi September nanti akan memberikan kepastian bagi pelaku pasar. Disamping kenaikan suku bunga as yang akan terjadi pertengahan tahun nanti, diharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bisa mendukung perekonomian Indonesia.